COVID-19
Penyakit koronavirus 2019Â (bahasa Inggris:Â coronavirus disease 2019,
disingkat COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh SARS-CoV-2, salah satu jenis koronavirus. Penyakit ini mengakibatkan pandemi koronavirus 2019?óÔé¼ÔÇ£2020.[11][12] Penderita COVID-19
dapat mengalami demam, batuk kering, dan kesulitan bernapas. Sakit tenggorokan,
pilek, atau bersin-bersin lebih jarang ditemukan. Pada penderita yang paling
rentan, penyakit ini dapat berujung pada pneumonia dan kegagalan multiorgan.
Infeksi menyebar dari satu orang ke orang lain melalui
percikan (droplet) dari saluran pernapasan yang sering dihasilkan saat
batuk atau bersin. Waktu dari paparan virus hingga timbulnya gejala klinis
berkisar antara 1?óÔé¼ÔÇ£14 hari dengan rata-rata 5 hari. Metode standar diagnosis
adalah uji reaksi berantai polimerase transkripsi-balik
(rRT-PCR) dari usap nasofaring atau
sampel dahak dengan hasil dalam beberapa jam hingga 2 hari.
Pemeriksaan antibodi dari sampel serum darahjuga dapat digunakan dengan hasil dalam beberapa
hari. Infeksi juga dapat didiagnosis dari kombinasi gejala, faktor risiko, dan
pemindaian tomografi terkomputasi pada
dada yang menunjukkan gejala pneumonia.
Mencuci tangan dengan sabun,
menjaga jarak dari orang yang batuk, dan tidak menyentuh wajah dengan tangan
yang tidak bersih adalah langkah yang disarankan untuk mencegah penyakit ini. Disarankan
untuk menutup hidung dan mulut dengan tisu atau siku yang tertekuk ketika batuk.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
dan Pusat
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) merekomendasikan
kepada orang-orang yang menduga bahwa mereka telah terinfeksi untuk
memakai masker bedah dan mencari nasihat
medis dengan memanggil dokter dan tidak langsung mengunjungi klinik. Masker
juga direkomendasikan bagi mereka yang merawat seseorang yang diduga terinfeksi
tetapi tidak untuk digunakan masyarakat umum.[24][23] Belum ada vaksin atau obat antivirus khusus untuk COVID-19; tata laksana yang
diberikan meliputi pengobatan terhadap gejala, perawatan suportif, dan tindakan
eksperimental.[25]Â Angka fatalitas
kasus diperkirakan antara 1?óÔé¼ÔÇ£3%.
Tanda dan gejala
Orang-orang yang
terinfeksi mungkin bersifat asimtomatik atau memiliki gejala ringan, seperti demam, batuk, dan kesulitan
bernapas. Pada beberapa kejadian juga ditemukan penderita Covid19 tanpa gejala.
Gejala diare atau infeksi saluran napas atas(misalnya
bersin, pilek, dan sakit tenggorokan) lebih jarang ditemukan. Kasus
dapat berkembang menjadi pneumonia berat, kegagalan
multiorgan, dan kematian.
Masa inkubasi diperkirakan antara 1?óÔé¼ÔÇ£14 hari oleh Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO dan 2?óÔé¼ÔÇ£14 hari oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan
Penyakit Amerika Serikat (CDC). Tinjauan WHO terhadap 55.924 kasus
terkonfirmasi di Tiongkok mengindikasikan tanda dan gejala klinis berikut:
Jalur penyakit dan komplikasi
Ada tiga jalur utama
yang mungkin ditempuh penyakit ini. Pertama, penyakit mungkin berbentuk ringan
yang menyerupai penyakit pernapasan atas umum lainnya. Jalur kedua mengarah ke
pneumonia, yaitu infeksi pada sistem pernapasan bawah. Jalur ketiga, yang paling
parah, adalah perkembangan cepat ke sindrom gangguan pernapasan
akut (acute respiratory distress syndrome atau
ARDS).
Usia yang lebih tua,
nilai d-dimer lebih besar dari 1 ?Ä??g/mL, dan nilai SOFA yang tinggi (skala penilaian klinis yang
menilai berbagai organ seperti paru-paru, ginjal, dsb.) diasosiasikan dengan
prognosis terburuk. Begitu pula dengan peningkatan level interleukin-6 dalam
darah, troponin I jantung sensitivitas tinggi, dehidrogenase laktat, dan
limfopenia dikaitkan dengan kondisi penyakit yang lebih parah. Komplikasi
COVID-19 adalah sepsis, serta komplikasi jantung seperti gagal jantung dan
aritmia. Orang dengan gangguan jantung lebih berisiko mengalami komplikasi
jantung. Juga, keadaan hiperkoagulopati tercatat pada 90% penderita pneumonia.
Penyebab
Penyakit ini
disebabkan oleh koronavirus sindrom pernapasan akut berat 2 (SARS-CoV-2 atau severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2). Virus ini menyebar melalui percikan (droplets) dari
saluran pernapasan yang dikeluarkan saat sedang batuk atau bersin
Paru-paru adalah
organ yang paling terpengaruh oleh penyakit ini karena virus memasuki sel
inangnya lewat enzim pengubah angiotensin 2 (angiotensin
converting enzyme 2Â atau ACE2), yang paling banyak ditemukan di dalam
sel alveolar tipe II paru. SARS-CoV-2 menggunakan permukaan permukaan sel
khususnya yang mengandung glikoprotein yang disebut "spike" untuk
berhubungan dengan ACE2 dan memasuki sel inang Berat jenis ACE2 pada
setiap jaringan berhubungan dengan tingkat keparahan penyakit. Diduga, bahwa
penurunan aktivitas ACE2 memberikan perlindungan terhadap sel inang karena
ekspresi ACE2 yang berlebihan akan menyebabkan infeksi dan replikasi SARS-CoV-2Beberapa
penelitian, melalui sudut pandang yang berbeda juga menunjukkan bahwa
peningkatan ekspresi ACE2 oleh golongan obat penghambat reseptor angiotensin II akan melindungi sel
inang. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut tentang hal ini. ACE2 juga
merupakan jalur bagi virus SARS-CoV-2 untuk menyebabkan kerusakan jantung,
karenanya penderita dengan riwayat penyakit jantung memiliki prognosis yang
paling jelek.
Sumber: https://id.wikipedia.org